Khawatir, takut, gelisah – pasti kita pernah kan mengalaminya? Ketika berhadapan dengan keadaan yang membuat kita cemas, apa yang biasanya kita lakukan? Well, sadar nggak kalo beberapa cara yang seringkali kita praktikan ini ternyata salah dan malah bisa memperburuk keadaan? Dilansir dari Bustle, ini dia lima kebiasaan yang nggak seharusnya kita lakukan untuk menangani rasa cemas menurut para ahli:
Syarat Doa Dikabulkan Allah
1. MENGHINDARINYA
Menurut Dr. Nick Hobson, Ph.D., memerintahkan diri kita sendiri buat berhenti cemas dan beranggapan bahwa kita bisa mengontol pikiran-pikiran yang nggak diinginkan dengan disiplin mental yang kuat malah dapat memberikan efek sebaliknya. “When we avoid the things tha make us anxious, it continues to give our brain the message that there’s a legitimate danger out there,” katanya memberi penjelasan. Makanya kita cenderung nggak mempan dengan saran, “udah, nggak usah dipikirin” karena ternyata semakin kita berusaha nggak memikirkannya, alam bawah sadar kita malah semakin merasa kalo ada yang salah. So, menghindar jelas-jelas bukan merupakan solusi.
2. TERUS-TERUSAN MEMIKIRKANNYA
Nggak mikirin salah, tapi ternyata terus-terusan memikirkannya juga salah lho. Siapa nih di antara kita yang suka kelewat cemas dan akhirnya malah jadi nggak bisa ngapa-ngapain karena nggak bisa berhenti memikirkan, “Apa yang harus gue lakukan?”, “Kalo nantinya jadinya gini gimana?”, “Kenapa sih kemaren gue mengambil keputusan ini?”, dsb. Yap, seperti kata Dr. Lorie A. Ritschel, Ph.D., merenungkan every little thoughts and idea – baik itu yang bakal terjadi maupun yang udah terjadi –malah bakal membuat kita makin cemas. Sebenernya kita pasti udah tau kan fakta ini? Hanya aja praktikya emang nggak mudah buat dilaksanakan.
3. MENCARI PENGHIBURAN DARI LUAR
Mencari dukungan dari temen, keluarga, dan orang-orang tersayang lain atau bahkan meminta bantuan profesional ketika rasa cemas kita udah berlebihan adalah hal yang tepat buat kita lakukan. Tapi jangan sampe kita hanya mengandalkan penghiburan dan validasi dari mereka, apalagi sampe sepenuhnya bergantung pada orang lain buat memenangkan rasa cemas tersebut. Masih mengutip penjelasan Dr. Ritschel, “It feels better in the moment when others tell us everything is okay, but it doesnt teach us to tolerate our anxiety”. In the end, satu-satunya orang yang bener-bener bisa membantu kita adalah diri kita sendiri. Orang-orang di sekitar bisa aja menghibur dan memberikan saran, tapi pada akhirnya kitalah yang harus mengambil keputusan dan menghadapinya.
4. MENCOBA MENGHADAPINYA SENDIRI
Terlalu bergantung pada orang lain emang nggak baik, tapi sadar nggak kalo berusaha menghadapi semuanya sendiri ketika kita sebenernya butuh bantuan malah lebih nggak baik lagi? Banyak di antara kita yang ragu buat mencari pertolongan dari orang lain karena berbagai alesan, misalnya aja takut mengganggu, takut di-judge, takut nggak dipahami, atau merasa harusnya kita mampu mengatasinya sendiri. Padahal sooner or later dijamin kita bakal merasa kewalahan dan nggak sanggup lagi menanggung beban stres yang udah terkakumulasi. “In the long-term, this habit could make your mental health suffer,” kata psikolog Niels Eek. Well, kalo selama ini kita belum terbiasa terbuka dengan orang lain, coba deh buat mulai dengan small favors. Intinya sih belajar buat mengukur kemampuan kita sendiri – kapan kita bisa mandiri dan kapan kita butuh bantuan orang lain.
Syarat Doa Dikabulkan Allah
5. BERUSAHA ‘MENGOBATI’ DARIPADA MENGATASI
Ketika kita kelewat cemas sehingga apa yang kita alami ini bisa disebut sebagai anxiety, kita seringkali berpikir kalo kita harus segera ‘mengobatinya’ dengan harapan perasaan ini nggak bakal balik lagi. Padahal menghilangkan rasa cemas dari diri kita sepenuhnya dan selamanya tuh bisa dibilang nggak realistis, bahkan mustahil. Kalo kata Dr. Nick Hobson, Ph.D., “Stress and anxiety are a natural and functional part of living things. We have these anxiety-related systems in place for good reason”. So, embrace that feeling.
CARA TERBAIK MENGHADAPI KECEMASAN
Duh, kok kayaknya serba salah ya? Kalo kecemasan nggak bisa ‘diobati’, terus apa dong yang harus kita lakukan? First of all, jangan cuma memikirkannya apa lagi berusaha menghindar, tapi beranikan diri kita buat menghadapinya. That’s the only way sih kalo menurut Gogirl!. Bravely face your anxiety, karena kita nggak bakal sampe pada solusi apapun hanya dengan memikirkannya dan menghindarinya. Kalo kata Zig Ziglar, “F-E-A-R has two meanings: ‘Forget Everything And Run” or ‘Face Everything And Rise’. The choice is yours”.
Selain itu seperti kata Dr. Hobson, pahami kalo rasa cemas itu naluriah dan pasti bakal kita rasakan every once and then dalam hidup. Jadi hal terbaik yang bisa kita lakukan menurut Dr. Ritschel adalah melatih otak kita untuk membentuk kebiasaan yang dapat mengurangi rasa cemas. Misalnya aja, berhenti terus-terusan mencoba memprediksi hal terburuk yang bakal terjadi. “A lot of anxiety will go away if you can stop living in the catastrophic future you’re predicting will happen – and often doesn’t,” kata Dr. Ritschel. Well, setuju kan kalo rasa cemas emang seringkali dateng karena kesok tauan kita akan masa depan?
In the end, kunci buat menghindari diri kita dari terjebak dalam perasaan nggak tenang kayak gini adalah mindfulness alias fokus pada masa sekarang, bukan masa depan maupun masa lalu. “Mindfulness – which is about learning to live fully in the present moment rather than pas ot future momemts – will help you stay grounded in the current moment, be less reactive, and be aware of your anxiety as it’s getting started, rather than you not noticing it until you’re already pretty upset,” lanjut Dr. Ritschel. Dengan fokus pada apa yang ada di depan mata kita sekarang, kita bakal mengurangi kemungkinan cemas karena apa yang udah lewat maupun apa yang belum terjadi.